Tumpeng setinggi dua meter yang dilengkapi aneka sayur mayur serta ayam panggang tersebut langsung diserbu masyarakat usai dikirab dan didoakan pemuka agama. Akibat aksi tersebut beberapa petugas pembawa tumpeng terjatuh dan terinjak-injak.
"Sakit sekali rasanya, kaki saya ini tadi terkilir setelah terinjak-injak dan tertimpa bambu penyangga tumpeng, untung tidak patah," kata salah satu petugas pembawa tumpeng, Suharno.
Warga Lingkungan Klampisan, Kelurahan Surodakan, Kecamatan Trenggalek ini terpaksa dievakuasi oleh panitia, namun sayang ia tidak segera mendapat perawatan medis, karena mobil ambulan yang disiapkan dilokasi acara telah kembali ke rumah sakit.
Sementara itu, sejumlah pejabat termasuk Bupati Trenggalek dan wakilnya juga nyaris terjatuh akibat berdesakan dengan warga, sesaat setelah melakukan pemotongan tumpeng.
"Masyarakat memang sangat antusias, bahkan tadi ada yang tidak sabar. Sebagian dari mereka memang ada yang meyakini, tumpeng tersebut membawa berkah, sehingga nekat untuk mendapatkannya," kata Bupati Trenggalek, Mulyadi Wr.
Menurutnya, tradisi "tumpengan" tersebut telah dilakukan sejak lama dalam rangkaian hari jadi. Kata dia, sajian tersebut merupakan lambang dari kemakmuran dan kesejahteraan Kabupaten Trenggalek.
Dari pantauan koresponden di Trenggalek, prosesi hari jadi yang ke-819 tersebut berlangsung meriah, ribuan masyarakat berbondong-bondong untuk menyaksikan acara tahunan tersebut.
Dimulai prosesi kirab (arak-arakan) pusaka, tumpeng agung, serta air suci dari tujuh mata air dengan mengelilingi Alun-alun Trenggalek.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan pusaka kepada Bupati Trenggalek. Rangkaian puncak hari jadi itu juga menampilkan sejumlah tari-tarian tradisional.
Dengan menggunakan Bahasa Jawa, prosesi dilanjutkan dengan pembacaan sejarah singkat keberadaan Kabupaten Trenggalek
"Bumi Trenggalek ini sebetulnya sudah dihuni oleh manusia sejak jaman prasejarah, namun untuk sejarah tertulis dapat diketahui dari ditemukannya prasasti Kamulan," kata Mulyadi.
Dari tulisan yang tercantum di prasasati itulah yang kemudian oleh ahli sejarah dijadikan sebagai Hari Jadi Kabupaten Trenggalek. Dijelaskan, pemerintahan sempat mengalami perubahan berkali-kali.
"Dulu ada yang pernah menjadi bagian dari Tulungagung, Pacitan maupun Ponorogo. Kemudian Trenggalek mendapatkan status menjadi Kabupaten Trenggalek dengan wilayah seperti sekarang ini pada tahun 1950," ujarnya.
Bupati berharap, dengan bertambahnya usia, kota yang terkenal sebagai penghasil ikan laut ini semakin maju dam berkembang.
Powered by Telkomsel BlackBerry®