LONGSOR DI TRENGGALEK AKIBAT PENAMBANGAN BATU KALI

Trenggalek, 16/2 - Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menduga penyebab longsornya tiga rumah di bantaran sungai Nglinggis kecamatan Tugu akibat dari penambangan batu kali secara besar-besaran oleh warga sekitar.

Kepala Bidang Pengairan, Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek, Juwari Purna mengatakan, pengambilan batu kali tersebut menyebabkan arus sungai menjadi deras sehingga mudah mengikis tebing yang ada dibantaran sungai.

"Itu memang penyebabnya  karena banyaknya batu-batu diambili,  itulah yang menyebabkan kerawanan, tapi ya mau bagaimana lagi terserah kebijakan pimpinan nanti seperti apa. kalau upaya kami akan mengamankan tebing-tebing itu dengan bronjong," kata Juwari Purna.

Juwari Purna  mengaku, pihaknya tidak bisa berbuat banyak terkait aktifitas pengambilan batu kali tersebut, karena selama sudah menjadi mata pencaharian warga sekitar.

Dinas Binamarga dan Pengairan berencana melakukan survei di sepanjang bantaran sungai Nglinggis dan membangun bronjong untuk menahan tebing.  

Sebelumnya tebing setinggi 10 meter dengan panjang lebih dari 50 meter longsor, akibatnya tiga rumah yang ada diatasnya ikut terbawa longsor hingga kedasar sungai. 21 warga yang menghuni rumah tersebut terpaksa mengungsi ke rumah tetangga. 

TIGA RUMAH DI NGLINGGIS AMBROL KE SUNGAI


Rumah warga Dusun Pacar Desa Nglinggis yang ambrol


     Trenggalek, 16/2 - Tiga rumah di Dusun Pacar Desa Nglinggis Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur ambrol ke dasar sungai.

     Dari pantauan koresponden LT di Trenggalek, tanah yang longsor dan ambalas ke sungai sepanjang 50 x 20 meter dengan ketinggian lebih dari 10 meter. Warga desa setempat kini bergotong royong membongkar sisa bangunan rumah milik  Sukirman, Kadis dan Samsuri tersebut.

     "Untuk sementara kami mengungsi ke rumah tetangga, karena rumah yang longsor itu adalah satu-satunya yang kami punya. Barang-barang yang kami punya juga kami ungsikan kesana," kata salah satu korban, Samsuri.

     Menurutnya, sebelum terjadi longsor dengan skala besar, sejak dua hari yang lalu tanah yang ada disekitar rumahnya mengalami retak-retak.

     Kondisi tersebut diperparah dengan hujan deras yang terjadi hingga berjam-jam. Puncaknya sekitar pukul 00.00 WIB terdengar suara gemuruh yang disertai goncangan mirip gempa bumi. Tanah yang ada didepan tiga rumah warga tersebut ambrol ke dasar sungai.

     "Pada saat kejadian tadi malam masih banyak warga yang "jagong" dirumah saya, karena kebetulan anak saya baru melahirkan, begitu ada kejadian itu langsung semburat keluar menyelamatkan diri," ungkapnya.

     Sementara itu warga lain, Agus Muslih mengatakan, tanah longsor di lokasi tersebut sudah berlangsung sejak bertahun-tahun, namun hingga kini tidak ada langkah konkrit dari pemerintah setempat.

     "Sebelum kejadian ini sudah ada dua rumah dan satu masjid yang hilang, kami berharap ada langkah yang nyata seperti pembangunan plenggsengan maupun penahan tebing," katanya.

     Selain merusak sejumlah rumah, ambrolnya tebing sungai tersebut juga mengancam keberadaan bangunan sekolah MI dan TK Islamiyah Nglinggis.

     Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Islamiyah Nglinggis, Musyarofah mengaku, aktifitas belajar mengajar di sekolahnya terpaksa diliburkan. Selain itu seluruh perangkat yang ada dievakuasi ke bangunan sekolah yang lain.

     "Untuk bangunan yang sebelah barat sudah tidak layak lagi untuk digunakan, karena kami takut apabila terjadi longsor susulan, terlebih cuaca setiap hari selalu hujan," jelasnya.

     Rencananya aktifitas belajar mengajar di sekolah yang memiliki 67 siswa MI dan 20 siswa TK itu akan dititipkan ke rumah-rumah warga.

     Sementara itu, Kepala bagian Pengairan, Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek, Juwari menjelaskan, kejadian longsor bantaran sungai Nglinggis tersebut akibat dari penambangan batu kali oleh warga sekitar.

     "Hal ini mengakibatkan sungai rusak dan arusnya menjadi deras, tapi bagaimana lagi karena ini menyangkut mata pencaharian masyarakat. Nanti akan kami konsultasikan dengan pimpinan bagaimana kebijakannya," ujarnya.

     Juwari menjelaskan, pihaknya akan melakukan survei di lokasi bencana serta daerah rawan longsor disepanjang aliran sungai, apabila memungkinan pemerintah akan membuat penahan tebing berupa bronjong.    

SEHARI SEMALAM TIGA KEJADIAN TANAH LONGSOR

Jebol : Rumah milik Suyatin (60) jebol akibat tertimpa tanah longsor


     Trenggalek, 16/2 - Tiga peristiwa tanah longsor terjadi di Kabupaten Trenggalek dalam kurun waktu satu setengah hari.

    Tanah longsor pertama terjadi Dusun Klampisan Desa Pucanganak Kecamatan Tugu, sebuah rumah milik Suyatin (60) rusak berat setelah tertimpa tebing setinggi 10 meter yang ada dibelakang rumahnya.

     "Kejadiannya sekitar pukul 16.00 WIB kemarin, dimana dinding bagian belakang rumah korban jebol hingga lebih dari dua meter persegi dan hari ini tadi warga melakukan gotong royong untuk proses pembersihan," kata Kapolsek Tugu, AKP Saiful Rahman, Jumat.   

     Akibat timbunan material longsor tersebut, rumah keluarga Suyatin tidak dapat ditempati dan terpaksa harus mengungsi ke rumah sanak saudaranya yang terdekat.

     Kata kapolsek dari estimasi sementara, jebolnya dinding rumah janda tersebut meenyebabkan kerugian lebih dari Rp10 juta.

     Sementara itu bencana kedua terjadi di jalan raya Trenggalek-Ponorogo KM 15,5, tebing setinggi 20 meter yang ada di samping jalur provinsi tersebut longsor hingga menutup sebagian badan jalan.

     Selain tanah, longsoran tersebut juga membawa material lain berupa pepohonan, akibatnya arus lalu-lintas Trenggalek-Ponorogo sempat tersendat hingga berjam-jam.

     Untuk membuka jalur utama itu, tim gabungan dari BPBD Trenggalek, TNI, Polisi serta warga sekitar bergotong royong menyingkirkan material longsor menggunakan alat manual.

     "Sekarang sudah bisa dilewati dari kedua arah, namun demikian tetap harus berhati-hati karena masih ada sisa-sisa longsor yang menyebabkan jalan menjadi lucin," kata Pengawas Jalan Provinsi Jawa Timur wilayah Trenggalek, Tono.

     Dari pantauan koresponden Lingkar Trenggalek, proses pembersihan jalan tersebut sempat terkendala oleh tidak adanya alat berat. Polisi sempat menghentikan beberapa truk besar untuk mambantu menarik akar batang kayu yang tersisa, namun upaya itu berkali-kali gagal karena kawat "sling" yang dipakai putus.

     "Akhirnya kami memilih untuk menyingkirkannya sedikit demi sedikit dengan alat seadanya, yang terpenting arus lalu-lintas bisa segera kembali normal," katanya.

     Sementara itu Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabapaten Trenggalek, Suprapto mengatakan kejadian bencana tanah longsor terakhir terjadi di Kecamatan Bendungan. Material tanah longsor menimpa bangunan SMP Negeri 2 Bendungan sehingga menyebabkan beberapa kerusakan.

     "Untuk yang di Bendungan ini kami baru mendapatkan informasi siang tadi, tim BPBD kami perintahkan untuk meninjau langsung ke lokasi, karena informasinya kerusakannya lumayan parah," katanya.

     Pihaknya mengaku akan menginventarisir seluruh dampak dari bencana tersebut dan melaporkan ke Bupati Trenggalek serta BPBD Provinsi Jawa Timur. 
134 Calon Panwascam Lolos Administrasi

134 Calon Panwascam Lolos Administrasi

Trenggalek, 11/2 - Sebanyak 134 peserta seleksi calon panitia pengawas tingkat kecamatan (panwascam) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dinyatakan lolos seleksi administrasi dan berhak mengikuti ujian seleksi tulis, Selasa (12/2).

"Tes tulis akan kami lakukan pada Selasa di kampus STKIP PGRI Trenggalek mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai. Proses ini akan dipantau langsung oleh satu orang dari Bawaslu Provinsi Jatim," kata Anggota Panwaslu Kabupaten Trenggalek, Undarwati, Senin.

Dalam tes tulis tersebut seluruh peserta wajib mengerjakan soal-soal terkait pemilihan umum yang disediakan langsung oleh bawaslu provinsi. Kata dia, apabila dalam tahap seleksi tersebut dinyatakan lolos para peserta masih akan dilakukan penyaringan lanjutan.

"Yang lolos akan kami tes lagi melalui uji kepatutan dan kelayakan 'fit and proper test', namun untuk waktunya kami masih belum bisa menentukan, karena hari ini masih dalam pembahasan," ujarnya.

Undarwati menjelaskan, 134 calon pengawas tingkat kecamatan itu akan memperebutkan 42 posisi yang tersebar di 14 kecamatan, dengan komposisi tiga orang per kecamatan.

Lanjut dia, dalam proses pendaftaran sebelumnya pihaknya sempat memperpanjang waktu pendaftaran di dua kecamatan pegunungan, yakni Munjungan dan Pule karena sepi peminat.

"Jadi dari delapan hari pendaftaran itu Kecamatan Munjungan dan Pule peminatnya kurang dari enam orang, karena sesuai dengan aturan minimal harus ada enam peserta makanya kami perpanjang sampai tanggal 10 Februari dan Alhamdulillah terpenuhi," katanya.

Kondisi berbeda terjadi di kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah datar, jumlah peserta seleksi panwascam tersebut membludak hingga lebih dari 20 orang.