Trenggalek, 11/11 - Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan sejumlah embung yang ada di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mengering dan tidak dapat diamanfaatkan lagi untuk mengairi sawah maupun menyupai bahan baku air minum warga.
Salah seorang warga, Yahmo, Selasa mengatakan, volume air embung di Dusun Tambong, Desa Pule, Kecamatan Pule, yang biasanya bisa mencapai ketinggian lima meter kini hanya tersisa kurang dari 10 sentimeter atau berada di bawah ambang batas minimal.
"Kondisi ini terjadi sejak dua bulan terakhir, penurunan airnya lumayan cepat, karena antara air yang masuk ke dalam embung dan keluar itu tidak seimbang. Bahkan sungai yang menyuplai air ke sini sudah kering lebih dulu," katanya.
Keringnya embung Tambong tersebut kini mulai berdampak langsung terhadap area persawahan yang ada di sekitarnya. Aneka jenis tanaman milik petani terancam gagal panen karena tidak mendapatkan pasokan air.
Tidak hanya itu saja, ratusan kepala keluarga di Desa Pule, Kecamatan Pule saat ini kesulitan untuk mendapatkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari hari, seperti air minum, memasak, mandi maupun mencuci.
"Sebetulnya keberadaan embung ini sangat bermanfaat untuk kami, tapi karena keadaanya kering seperti ini, mau tidak mau, warga harus mencari sumber yang lain," ujar Yahmo kepada sejumlah wartawan.
Menurutnya, dalam kurun waktu satu bulan terakhir, wilayah Kecamatan Pule telah beberapa kali duguyur hujan, namun intensitasnya masih sangat kecil dan belum berdampak terhadap pasokan air ke dalam embung Tambong.
"Yang lumayan deras tadi malam, tapi kelihatannya belum berpengaruh sama sekali, kalau warga harapnya hujan segera turun, air embung kembali normal," imbuhnya
Kondisi serupa juga terjadi terjadi di embung Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek. Tempat penampungan air yang berada di kawasan hutan pinus tersebut saat ini kondisinya nyaris kering dan hanya menyisakan air kurang dari 10 persen.
Bagian dasar embung saat ini menjadi hamparan tanah lapang dan mirip dengan lapangan sepak bola. sejumlah saluran irigasi dan istalasi perpipaan yang ada di sekitarnya kini tidak lagi dapat teraliri air.
"Ini sudah lumayan lama, sekitar dua sampai tiga bulan yang lalu, kalau musim penghujan selalu penuh dan biasanya banyak yang memancing di sekitar sini," kata salah seorang warga, Kariman.