Ratusan Jemaah Haji Tiba di Trenggalek, Satu Dilarikan ke Rumah Sakit

Trenggalek - Seorang jemaah haji asal Trenggalek tertinggal di Arab Saudi karena mengalami sakit keras, sementara itu seorang jemaah terpaksa harus dilarikan ke rumah sakit saat tiba di Trenggalek. 

Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kantor Kementerian Agama Trenggalek, Agus Prayitno, mengatakan jemaah yang tertinggal di Arab Saudi adalah Kodi (77) warga Kecamatan Munjungan, yang bersangkutan akan dipulangkan ke tanah air apabila kondisi kesehatannya kembali pulih. 

"Dia usianya sudah tua dan mengalami sakit stroke, informasi dari PPIH Pak Kadi masih belum sadar. Nanti kalau sudah membaik dan layak terbang maka akan dipulangkan ke Indonesia," kata Agus, Jumat (14/9/2018). 

Menurutnya, dari total 501 jemaah haji 497 diantara telah dipulangkan ke Trenggalek dalam dua tahap pada Jumat pagi dan malam sesuai dengan kloter masing-masing. Dalam proses pemulangan kali ini satu jemaah harus dilarikan ke rumah sakit karena kelelahan, namun saat ini kondisinya mulai membaik. 

"Jadi dari 501 jemaah itu, dua dipulangkan lebih awal karena sakit, kemudian satu meninggal dunia atas nama Sukinah warga Krandegan Gandusari dan satu tertinggal karena sakit, yang lain Alhamdulillah sehat," ujarnya. 
Sementara itu, kedatangan ratusan jemaah haji di Pendapa Manggala Praja Nugraha berlangsung haru, para keluarga langsung memeluk jemaah haji yang baru turun dari dalam bus. 

Di sisi lain, meskipun hampir seluruh jemaah telah dipulankan ke Trenggalek, namun masih terdapat 67 koper jemaah yang masih tertahan di Arab Saudi. Hal itu terjadi karena saat proses pengangkutan, pesawat mengalami kelebihan muatan, sehingga terpaksa harus dilakukan pengurangan beban. 

"Jangan khawatir, nanti akan dikirim oleh PPIH Arab Saudi," ujarnya. 


Ini Alokasi CPNS Trenggalek 2018

Trenggalek - Pemerintah pusat akhirnya membuka perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada tahun 2018 setelah melakukan moratorium selama beberapa tahun terakhir. Namun kuota yang dialokasikan untuk setiap daerah tergolong kecil dibanding jumlah kekurangan pegawai, seperti halnya di Trenggalek. 

Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Trenggalek, Pariyo, mengatakan selama penghentian pengadaan CPNS, jumlah kekurangan pegawai terus bertambah setiap tahun. Hingga tahun ini kekurangan pegawai mencapai 2.000 orang. 

"Pada pengadaan pegawai tahun ini kami mendapatkan kuota dari pemerintah pusat sebanyak 349 orang, sebetulnya yang kami usulkan ke pusat itu 550 orang," kata Pariyo, saat di Gedung DPRD Trenggalek, Senin (10/9/2018). 

Dari alokasi 349 lowongan CPNS, paling banyak untuk tenaga pendidik atau guru, tenaga kesehatan serta infrastruktur. Seluruh kuota rekrutmen yang dialokasikan minimal untuk jenjang pendidikan Diploma 3, sedangkan untuk lulusan SMA/SMK belum mendapatkan alokasi tahun ini. 

"Penentuan alokasi CPNS ini kelihatannya mengacu pada jumlah PNS yang pensiun di masing-masing daerah, seperti di Trenggalek ini rata-rata setiap tahun ada 300-400 PNS yang purna tugas, makanya alokasi dari pemerintah juga hanya 349 lowongan," ujarnya. 

Pariyo menjelaskan, proses seleksi tenaga baru tersebut rencananya akan terintegrasi melalui portal resmi Badan Kepegawaian Nasional (BKN) di www.sscn.bkn.go.id. Ia berharap, meskipun jumlah PNS yang akan direkrut jauh lebih kecil dari kebutuhan, tetap bisa menunjang kinerja pemerintah daerah dalam menjalankan roda pemerintahan secara optimal. 



Pedagang Protes Pembangunan Food Court, Pemkab Trenggalek Mengalah

Trenggalek - Aksi protes para pedagang yang beroperasi di Pantai Prigi Trenggalek terkait rencana pembangunan food court terus berlanjut, kali ini mereka mengadukan persoalan ke DPRD setempat. Hasilnya pemerintah daerah mengalah dan menerima usulan pedagang dan rekomendasi DPRD. 

Dalam rapat dengar pendapat di DPRD Trenggalek, para pedagang langsung mengungkapkan berbagai persoalan yang dirasakan akibat rencana pembangunan food court tersebut. Salah satu keluhan yang disampaikan pedagang adalah pembangunan yang menerjang bangunan warung eksisting, sehingga sebagian harus dibongkar. 

"Padahal kami baru saja memindahkan warung ini setahun yang lalu dengan dana sendiri. Saat itu Pak Emil (BUpati) turun langsung untuk melakukan penataan. Masak sekarang mau digusur lagi," kata salah seorang pedagang Karyono, Senin (10/9/2018). 

Protes keras itu dinilai lazim oleh para pedagang, mengingat untuk memindahkan warung lama dan membangun warung yang ada saat ini, mereka harus berutang di bank. Bahkan sekarang cicilan kredit usaha itu belum lunas. 

"Beri kami waktu untuk bernapas, belum genap satu tahun kami pindah, masih belum pulih. Hampir semua pedagang menanggung utang bank," katanya. 

Lebih lanjut pedagang ikan bakar ini mengaku keberatan apabila sebagian bangunan warungnya haus dibongkar untuk lokasi pembangunan food court. Mengingat luasan lahan kosong di kawasan Pantai Prigi masih cukup luas. 

"Ibaratnya warung itu adalah satu kesatuan, kalau salah satu dibongkar (bagian dapur) otomatis kami tidak dapat beroperasi lagi. Kami tidak menolah pembangunan, tapi beri kami waktu bernapas," jelasnya. 

Selain itu, konsep food court masih sulit diterapkan di kawasan Pantai Prigi, megingat jenis makanan yang dijajakan pada pedagang hampir sama, yakni ikan bakar dan sejenisnya. Dikhawatirkan apabila pujasera itu diterapkan maka akan memicu konflik antar pedagang. 

"Karena makanan kami sama, itu kan kalau food court tempat makannya jadi satu, coba anda bayangkan ketika lokasi duduk konsumen itu di depan warung kita namun makanannya dari warung lain, ya akan geger, karena makanannya sama. Berbeda kalau jenis makannya beda-beda," kata pedagang lain, Sudarman. 

Disisi lain, desain kios baru 3,5x4 meter ditambah delapan meter tempat konsumen terlalu sempit untuk berjualan ikan bakar, karena masing-masing pedagang membutuhkan dapur basah untuk mengolah ikan laut sebelum disajikan. 

Sementara itu, anggota DPRD Trenggalek, Mugianto merekomendasikan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk mengkaji ulang pembangunan tersebut. Pihaknya mengusulkan agar lokasi pembangunan dipindah ke sisi barat, sehingga tidak meganggu aktivitas para pedagang. 

"Ini nanti pembangunan food court akan dilakukan mulai ujung barat sampai timur, makanya kalau dari sisi timur ditolak maka dari sis barat dahulu," kata Mugianto. 

Menurutnya, selama ini Dinas pariwisata dinilai kurang optimal dalam melakukan sosialisasi rencana pembangunan, sehingga muncul persoalan saat akan dilakukan eksekusi pembangunan. 

Usulan kalangan DPRD tersebut akhirnya disetujui oleh para pedagang, bahkan pedagang tidak mempersoalkan apabila bangunan baru tersebut ditempati oleh pedagang baru, selain yang ada saat ini. 

"Tadi dari pedagang juga ada beberapa usulan mulai dari luas kios yang terlalu sempit maupun konsep food court yang tidak sulit diterapkan, kami meminta dinas terkait untuk melakukan kajian lagi, terutama untuk pembangunan lanjutan yang nantinya kan ditempati para pedagang saat ini," imbuh politisi Partai Demokrat ini. 

Sementara itu Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Trenggalek, Sunyoto, memastikan pihaknya akan menggeser lokasi pembangunan food court dari semula di sisi timur ke sisi barat. 

"Kami rasa itu tidak menjadi persoalan, karena lokasinya masih tetap di Pantai Prigi. Hanya saja memang nantinya yang menempati bukan pedagang saat ini, mereka rela jika ditempat oleh pedagang baru," katanya. 

Sedangkan terkait pembangunan lanjutan di sisi timur akan diusulkan pada tahun anggaran 2019 mendatang. Pihaknya mengaku akan mengakomodir berbagai usulan dari pedagang agar konsep food court yang direncanakan sesuai dengan harapan pedagang maupun pemerintah. 

Sesuai dengan rencana pembangunan, deretan food court yang akan dibangun pemerintah daerah nantinya akan ditempati oleh seluruh pedagang di pesisir pantai prigi. diharapkan dengan adanya konsep baru akan menambah daya tarik wisata dan mempercantik wajah Pantai Prigi.