Wagub Emil Apresiasi Keberhasilan Nelayan Prigi Budidaya Lobster

Trenggalek - Salah seorang nelayan di Teluk Prigi berhasil melakukan budidaya lobster di kawasan pantai dengan sistem keramba. Keberhasilan itu mendapat apresiasi dari Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.

Emil mengatakan budidaya lobster yang dikembangkan Kacuk Wibisono, warga Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek tersebut menjadi harapan baru bagi nelayan maupun potensi pengembangan lobster di pesisir selatan Trenggalek.

"Saya salut sekali dengan Mas Kacuk, karena berhasil melakukan pengembangan lobster dengan keramba dan menggunakan kerang sebagai pakannya," kata Emil Dardak, Sabtu (7/11/2020).

Dijelaskan budidaya yang dilakukan secara intensif tersebut kini telah menunjukkan hasil yang signifikan, Kacuk berhasil membesarkan lobster hingga siap jual. Upaya itu berbeda dengan konsep sebagian nelayan yang memilih melakukan perburuan benur untuk diekspor ke luar negeri.

"Sekarang banyak yang mengejar benur lobster untuk dijual ke luar negeri, Mas Kacuk dan teman-teman  justru mencoba mengembangkan lobster di keramba apung. Kami akan mencoba mengkaji agar konsep ini bisa diikutkan dalam program Belanova (Belanja Inovasi)," jelasnya.

Menurutnya pengembangan lobster dengan sistem keramba itu akan memberikan manfaat lebih kepada nelayan, sebab nilai jual akan mengalami peningkatan jika dibanding dengan harga lobster yang masih dalam wujud benur.

"Ini akan lebih membawa manfaat baik dari nilai tambah aquaculture serta potensi pariwisata, dengan dukungan kuliner lobster,"  imbuhnya.

Sementara itu pembudidaya lobster Kacuk Wibisono, mengatakan proses budidaya lobster awalnya dilakukan secara tidak sengaja. Saat awal mengelola rumah apung dan keramba di kawasan teluk Prigi, ia sempat melakukan budidaya kerapu, namun terkendala pasokan pakan yang mahal.

"Kemudian saya mencoba mengembangkan kerang coklat atau kalau orang bilang di sini itu karang beno, sambil kerapunya jalan. pada awalnya saya tidak mengarah ke lobster, saya nggak punya ilmunya. Namun untuk wisata saja," ujar Kacuk.

Ide budidaya lobster muncul setelah mendengar curhat sesama nelayan yang mencoba membudidayakan lobster namun selalu gagal. Ia pun ingat dengan ilmu dari para pendahulunya yang mengatakan jika makanan lobster adalah kerang.

"Masuk akal juga karena lobster itu geraknya lambat, sehingga tidak mungkin kalau makan ikan-ikan kecil. Kalau teman-teman sebelumnya itu ada yang memberi makan lobster pakai bekicot hingga telur puyuh, namun lobsternya justru jamuran," jelasnya.

Kacuk akhirnya melalukan ujicoba pembesaran lobster, ia mendapatkan benih dari para pemburu benur di wilayah Prigi. "Saya beli yang sudah muncul bintiknya," imbuhnya.

Jerih payah Kacuk akhirnya membuahkan hasil, ia mampu membesarkan lobster hingga berukuran 6 ons. Kini ia terus bersemangat melakukan budidaya lobster dengan terus belajar memperbaiki metode pembudidayaannya.

"Alhamdulillah, sekarang masih terus jalan. Untuk ukuran 6 ons itu bisa laku sekitar Rp 330 ribu," kata Kacuk.

"Saya itu punya cita-cita Tekuk Prigi ini menjadi pemasok lobster, bukan benur (anak lobster)," imbuhnya.