Sambut Musim Tanam, Petani Bakar Patung Tikus Raksasa

Trenggalek - Para petani Trenggalek menggelar tradisi Gerebeg Selo Bale sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang melimpah serta menyambut musim panen. Dalam tradisi itu, para petani memberikan sedekah 100 lebih nasi tumpeng ayam lodho kepada warga. 

Prosesi adat sedekah para petani ini diawali dengan kirab keliling desa yang diikuti oleh petani dan ratusan warga di Dusun Winong, Desa Sumurup, Kecamatan Bendungan, Trenggalek dengan berkeliling desa. 

Dalam kegiatan itu, warga membawa serta 121 nasi tumpeng ayam lodho khas Trenggalek yang merupakan sedekah dari para petani yang mengolah sawah di kawasan desa tersebut. 

Ketua Panitia Gerebeg Selo Bale, Agung Susilo, mengatakan, kegiatan adat tersebut dipusatkan di kawasan wisata Selo Bale karena merupakan daerah aliran sungai yang menjadi sumber penghidupan warga. 

"Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas sebagala rahmatnya, sehingga hasil panen yang kami dapat melimpah dan semoga ke depan petani di sini juga lancar dan dijauhkan dari hama," ujarnya, Jumat (26/1/2018). 

Menurutnya, tradisi gerebeg dilakukan setahun sekali setiap Jumat Legi (penanggalan Jawa). Setelah dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh tetua desa, ratusan ayam lodho tersebut dibagikan kepada seluruh warga dan pengunjung wisata yang berada di Selo Bale. 
"Ini adalah sedekahnya para petani, dibagian gratis kepada semua yang ada di sini,"  ujarnya kepada sejumlah wartawan. 

Usai menikmati nasi ayam lodho, para petani juga membakar ogoh-ogoh raksasa berbentuk tikus. Aksi pembakaran ini sebagai simbolisasi pembasmian hama yang biasanya menyerang kawasan lahan pertanian. 

"Kami berharap, pada musim panen mendatang, tiak ada lagi hama, baik itu tikus, wereng atau yang lainnya. Selain itu semoga kawasan sini juga bebas bencana, sehingga infrastruktur dan akses jalan tetap normal," imbuhnya. 

Ditambahkan, selain sebagai bentuk pelestarian adat, tradisi lokal warga tersebut juga sekaligus sebagai daya tarik wisata bagi warga yang berkunjung ke Taman Batu Bale Selo. 

Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin mengapresiasi aksi yang dilakukan warga. Pihaknya berharap, kegiatan tersebut bisa tetap dilestarikan sebagai wadah untuk bersilaturrahmi sekaligus sebagai wisata tradisi. 

"Ini adalah tradisi yang menarik, apalagi ada pembakaran patung tikus itu, sebagai simbolisasi agar petani dijauhkan dari hama maupun marabahaya lain yang bisa mengancam kawasan pertanian," ujarnya. 

Sementara itu salah seorang pengunjung, Rahmadi mengaku takjub dengan kegiatan yang disuguhkan oleh para petani. Karena seluruh pengunjung bisa melihat langsung keakraban kebersamaan para petani, sekaligus bia menikmati ayam lodho gratis. 

"Nasinya enak banget, kalau orang sini menyebutnya ambeng, yang isinya ayam lodho serta nasi gurih atau nasi kuning. Meskipun sederhana tapi nikmat sekali," katanya kepada detikcom. 

Selain menikmati makan gratis, para pengunjung juga bisa menyaksikan keindahan alam di sekitar Bale Selo, aliran sungai yang menerjang bebatuan alam tampak segar dan memanjakan mata. 



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon