1. Pengurangan Emisi
Sangu Sampah difokuskan menekan emisi karbon dari sektor sampah untuk mendukung target Net Zero Carbon 2045.
2. Edukasi Siswa
Program ini membangun karakter peduli lingkungan, literasi digital, dan inklusi keuangan bagi siswa.
2. Nilai Ekonomi Sampah
Sampah dipilah, diolah, dan dikonversi menjadi poin serta uang saku bagi siswa.
Trenggalek – Pemerintah Kabupaten Trenggalek meluncurkan program Sangu Sampah sebagai langkah konkret pengendalian emisi karbon sekaligus pembangunan karakter generasi muda. Program ini digagas langsung oleh Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin sebagai bagian dari target Net Zero Carbon 2045.
Bupati Mochamad Nur Arifin menjelaskan, berdasarkan perhitungan emisi di Trenggalek, sektor energi menyumbang sekitar 42 persen, pertanian 40 persen, sampah 16 persen, dan sisanya dari sektor industri serta lainnya. Dari hitungan tersebut, Trenggalek masih mengalami surplus emisi sekitar 115 ribu ton CO2 ekuivalen. Angka itu setara dengan penanaman 130 hektare mangrove atau pengelolaan 80 persen sampah yang dihasilkan.
Menurutnya, sektor sampah menjadi pilihan paling realistis karena berada dalam kendali pemerintah daerah. Di tengah keterbatasan fiskal dan mahalnya teknologi pengolahan sampah, Pemkab Trenggalek memilih mengubah sampah menjadi sumber ekonomi. Caranya dengan memilah sampah sejak dari sumbernya, dimulai dari lingkungan sekolah.
"Ini bukan sekadar soal sampah, tapi pembangunan karakter. Siswa ditanamkan cinta lingkungan, dilatih literasi digital lewat aplikasi, dan diperkenalkan inklusi keuangan karena sampah yang dikumpulkan akan dikonversi menjadi uang saku," ujar Bupati yang akrab disapa Mas Ipin.
Program Sangu Sampah menyasar seluruh jenjang pendidikan, mulai SD hingga perguruan tinggi. Untuk siswa yang belum memiliki gawai, seperti SD dan pondok pesantren, akun aplikasi akan dikelola oleh wali murid, guru, atau pengurus. Sementara untuk SMA dan mahasiswa, diterapkan satu orang satu akun dan satu rekening.
Dalam program ini, terdapat delapan jenis sampah yang dapat ditabung, yakni botol plastik bekas minuman, plastik kemasan, kaca, kain, logam, elektronik, serta minyak jelantah. Sampah yang terkumpul akan diambil oleh jaringan TPS 3R, bank sampah, dan offtaker untuk diproses lebih lanjut di fasilitas daur ulang.
Nilai ekonomi sampah baru diketahui setelah proses pengolahan selama tiga bulan. Setelah dikurangi biaya operasional dan disetorkan sebagian ke Pendapatan Asli Daerah (PAD), sisa nilai akan dibagikan kepada siswa berdasarkan poin yang mereka kumpulkan selama periode tersebut.
Selain sampah anorganik, Pemkab Trenggalek juga mendorong pengelolaan sampah organik. Limbah rumah tangga dan limbah MBG direncanakan diolah menjadi pupuk dan media tanam untuk pekarangan, yang hasilnya dapat dijual ke pasar maupun dapur, sehingga memberi nilai ekonomi berkelanjutan.
Sementara itu, Humairah Setya, siswi kelas XI SMA Negeri 2 Trenggalek, menyambut positif program Sangu Sampah. Ia berharap program ini dapat meningkatkan kreativitas siswa sekaligus menumbuhkan semangat menabung sampah dari tingkat SD hingga SMA.
Di SMAN 2 Trenggalek, program menabung sampah sudah rutin dilakukan setiap Jumat sebelum salat Jumat. Sampah dari masing-masing kelas ditimbang oleh koordinator, kemudian diinput ke dalam aplikasi untuk memperoleh poin. Menurut Humairah, kehadiran aplikasi Sangu Sampah diharapkan dapat memperkuat peran bank sampah sekolah agar pengelolaan sampah berjalan lebih optimal dan berkelanjutan.
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon