Trenggalek, 21/8 Keluarga terduga teroris, asal Dusun Gandu, Desa Gamping, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur meyakini Andri Wahono (21) yang ditangkap di Bekasi semalam, tidak terlibat dalam aksi terorisme seperti yang dituduhkan.
Kakak kandung Andri, Purwito saat ditemui di rumahnya, Rabu mengaku, selama ini keseharian Andri layaknya seperti pemuda-pemuda lain di desanya.
"Tidak ada gelagat aneh maupun hal-hal yang mengarah pada teroris, dia itu sangat lugu, bahkan kalau dirumah itu serimg bergaul dengan anak-anak yang dibawah usianya," katanya.
Menurutnya, adik kandungnya tersebut juga tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan Islam garis keras maupun organisasi yang dinilai menyimpang dari akidah.
"Hanya saja sejak sekolah di SMP dan SMA, Andri itu aktif ikut kegiatan Pramuka serta OSIS. Tadi pagi pak polisi yang datang ke sini juga mengaku kenal dengan baik adik saya, makanya ketika mendengar kabar penangkapan itu kami sekeluarga benar-benar tidak percaya," ujarnya.
Purwito menjelaskan, sebelum kejadian penangkapan semalam, pihak keluarga juga masih berkomunikasi melalui telepon. Dalam percakapan itu anak bungsu dari pasangan Nadhir dan Mukayah tersebut juga tidak menggaambarkan adanya hal-hal yang aneh maupun mencurigakan.
"Kemarin itu Andri telepon sore hari, dia hanya tanya kabar keluarga yang ada dirumah, cuma itu saja. Setiap hari kami selalu komunikasi, baik melalui telepon maupun SMS (pesan pendek)," paparnya.
Sementara itu, ayah Andri, Nadhir mengaku baru mengetahui kabar tentang penangkapan anaknya semalam, setelah diberitahu oleh kepala desa setempat. pemerintah desa hanya menginformasikan bahwa Andri sedang terkena masalah hukum di Jakarta.
"Kami hanya dikabarai itu saja, tidak dijelaskan kasus apa yang membelitnya. Kami juga tidak mendapatkan surat pemberitahuan resmi, hanya melalui lisan" katanya.
Lanjut dia, sebelum kejadian penangkapan tersebut, Andri Wahono sempat pulang ke Trenggalek untuk berlebaran bersama keluarga besarnya.
Saat pulang kampung tersebut, pihak keluarga juga tidak melihat adanya perubahan fisik, sikap maupun perilaku dari adiknya. Penampilan pria 21 tahun tersebut juga tidak berubah.
"Tidak ada yang aneh, dia juga tidak berjenggot, celananya juga biasa seperti anak-anak yang lain. Jadi kami menurut kami memang tidak mungkin dia terlibat teroris," imbuhnya.
Terkait kasus yang menimpa anaknya tersebut, Nadhir mengaku sangat terpukul, pihaknya berharap ANdri segera dibebaskan dari tuduhan terorisme terorisme.
Diceritakan, selama tujuh bulan terakhir terduga teroris pengebom Kedutaan Besar Myarmar tersebut bekerja sebagai administrasi di salah satu dealer mobil di Bekasi, Jawa Barat, setelah diajak oleh salah satu tetangganya, Andik.
Sebelum bekerja di bekasi, Andri Wahono sempat menempuh pendidikan di SMK Suruh dan Pendidikan setara Diploma I di El-Rahma Kediri.
Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon