Produksi Beras Trenggalek Surplus 57 Ribu Ton

Trenggalek - Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek mengklaim produksi beras di wilayahnya mengalami surplus hingga 57.005 ton atau 48,7 persen dari total ketersediaan beras sebanyak 117.266 ton. 

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Joko Surono mengatakan, hasil panen petani selama tahun 2017 dinilai masih cukup baik, meskipun sebagian diantaranya terserang hama. Sehingga mampu memasok kebutuhan beras masyarakat 60.260 ton. 

"Insya Allah sampai saat ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, karena kebiasaan masyarakat kita tidak langsung menjual seluruh hasil panennya, namun disimpan sebagaian dalam betuk padi, nanti kalau butuh baru digiling," katanya, Jumat (9/2/2018). 

Sedangkan untuk produksi padi petani di Trenggalek selama tahun 2017 tercatat sebanyak 187.226 ton, dari jumlah tersebut pihaknya masih mengalami surplus hingga 85.345 ton. 

"Lahan pertanian Trenggalek ini tersebar di seluruh kecamatan, dengan luas area pertanian mencapai 31.361 hektare. Dari jumlah tersebut wilayah terluas berada di Kecamatan Panggul, Munjungan serta Kecamatan Durenan," ujarnya. 

Untuk menunjang peningkatan produksi di tahun 2018, pihaknya mengimbau para petani untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesigapan terutama terhadap potensi ancaman berbagai hama. 

"Untuk di musim basah seperti ini yang perlu diwaspadai adalah jamur, seperti potong leher atau pyricularia. Ini kalau tidak waspada dapat menganggu hasil panen," imbuhnya. 

Sedangkan pada saat musim kering, serangan hama yang perlu mendapat kewaspadaan ekstra adalah hama wereng serta penggerek batang. Untuk menanggulangi hal tersebut pihaknya mengoptimalkan tenaga penyuluh yang tersebar di hampir seluruh desa. 

"Jadi metode kami adalah spot stop, sehingga ketika terjadi serangan itu tidak meluas. Selain itu kami harapkan pola tanam petani baik, kemudian ketika terjadi serangan hama jagan menggunakan obat secara sembarangan, itu bisa berdampak buruk," imbuhnya. 

Pemkab Trenggalek Gandeng Perguruan Tinggi Kembangkan Produksi Atsiri

Trenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek menjalin kerjasama dengan Institut Atsiri Universitas Brawijaya, Malang untuk mengembangkan produksi minyak atsiri dari tanaman nilam maupun serai wangi. 

Pusat budidaya atsiri ini dilakukan di kawasan Dilem Wilis, Kecamatan Bendungan. Pada tahap awal, pihak UB memberikan bantuan berupa alat penyuling minyak atsiri serta menggelontorkan bantuan bibit serai wangi serta nilam unggulan untuk dibudidayakan di kawasan lereng wilis. 

"Kami ingin ini memulai menggeliatkn produksi minyak atsiri di Trenggalek ini, makanya kami coba untuk tahap awal di sini, ini akan kami amati terus bagaimana progres dari peralayan penyulingan ini," kata Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak, Jumat (9/2/2018). 

Menurutnya, untuk program kerjasama tersebut pihaknya juga akan mengajak partisipasi 200 warga sekitar Dilem Wilis, sehingga terjadi transfer pengetahuan dan percepatan dalam proses pengembangan Atsiri. 

"Untuk menunjang ini kami akan membentuk UPT, dengan adanya unit yang tetap, ini akan memastikan KPI (key performance indicator) khusus. Misalkan tadi saya sebut tentang produk turunan, ya sudah kita harus punya terget misalkan tiga atau empat, kemudian kira-kira mana yang cocok untuk diproduksi masal," imbuhnya. 

Lebih lanjut Emil menjelaskan, pengembangan tanaman nilam dan serai wangi sebagai bahan utama minyak atsiri di wilayah pegunungan Trenggalek cukup potensial. Namun untuk mencapai harapan tersebut dibutuhkan kerja keras dari selurun elemen, mulai dari pemerintah daerah, masyarakat serta pendampingan tim ahli dari UB. 

"Jadi kami pemerintah daerah tidak boleh berfikir bisnis 100 persen, tapi ini adalah cara kami untuk memancing atau stater agar masyarakat mulai tertarik dengan produk-produk alternatif ini. Kalau sudah bersama-sama maka ini akan besar," jelasnya. 

Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya, Mohammad Bisri, mengatakan bantuan alat penyulingan minyak atsiri tersebut merupakab bentuk kontribusi perguruan tinggi dalam pengemangan perekonomian masyarakat melalui teknologi. 

"Ini sekaligus menjadi kampus kedua lapang untuk Intitut atsiri, jadi kami tidak perlu membuat lagi di Malang, untuk lapangannya cukup di Trenggalek saja. Nanti bisa kita gendong bareng-bareng," ujarnya. 
Pihaknya mengaku tidak hanya sebatas memberikan batuan peralatan, namun juga akan terus mengawal program kerjasama tersebut sehingga mampu berjalan sesuai engan terget yang diharapkan dan memberikan kontribusi serta manfaat bagi masyarakat. 

Dikonfirmasi terpisah, Direktur Istitut Atsiri, Chandrawati Cahyani berharap produk atsiri lokal Indonesia mampu bersaing dengan berbagai macam produk serupa dari belahan dunia, terlebih saat ini atsiri Indonesia masuk tiga besar di dunia. 

"Untuk produksinya Indonesia masih kalah dengan China dan India. Kami harapkan Indonesia lebih berkembang dengan produk atsirinya, kerena setiap negara itu memiliki kualitas yang berbeda, meskipun sama-sama nilam tapi kualitasnya beda," ujarnya. 


Pengalaman Pemkab Trenggalek Dan Baznas Kelola Zakat ASN

Trenggalek - Rencana pemerintah untuk melakukan penarikan zakat profesi dari Aparatur Sipil Negara (ASN) menimbulkan pro kontra. Namun di Trenggalek hal tersebut sudah dilaksanakan sejak setahun terakhir, bagaimana pelaksanaannya ? 

Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, mengaku setuju dengan rencana penarikan zakat seperti yang disampaikan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifufin. Karena Trenggalek telah menjalankan terlebih dahulu dan memiliki manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. 

"Dalam satu bulan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) Trenggalek mampu menghimpun dana dari ASN sekitar Rp300 juta dari terget Rp900 juta, padahal sebelumnya pada saat awal saya menjabat hanya berkisar Rp8 juta," katanya, Kamis (8/2/2018)

Menurutnya sistem penarikan zakat dilakukan secara hati-hati serta serta didasari dengan surat pernyataan resmi tentang kesediaan membayar zakat yang ditandatangi langsung oleh masing-masing ASN selaku pembayar zakat. 

"Jadi di setiap dinas itu ada yang namanya UPZ (Unit Pengumpul Zakat), nah itu ada ketua dan bendaharanya, bendahara itu biasanya bendahara gaji. Pemotongan itu tidak semena-mena," ujarnya. 

Sebelum dilakukan penarikan dana, masing-masing ASN diberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan, apakah membayar zakat, infaq atau sedekah. Pada saat itu, Baznas juga melakukan pendampingan dengan menghitungkan nisab serta zakat yang harus dibayarkan. 

"Proses itu mutlak diperlukan, karena Undang-undangnya juga ada. Tapi pada dasarnya kami itu nawaitunya adalah memfasilitasi ASN untuk menunaikan zakatnya, ituah yang kami lakukan di Trenggalek," imbuhnya. 

Arifin mengaku, dalam proses penarikan tidak ada paksaan sama sekali terhadap ASN muslim yang melakukan pembayaran zakat, namun pihaknya memberikan imbauan agar setiap ASN tertib dan taat terkait persoalan zakat. 

Wakil Bupati termuda di Indonesia ini menambahkan, pengumpulan dana zakat tersebut dinilai penting, karena bisa membantu pemerintah untuk menyelesaikan sejumlah persoalan, utamanya menyangkut kemiskinan. 

"Ini adalah solusi goverment gap, artinya dalam perencanaan APBD itu tidak bisa menjamin 100 persen kebutuhan masyarakat secara akurat. Disitu pasti ada kedaruratan yang mungkin belum teranggarkan. Nah anggaran inilah yang akan menjadi penolongnya," ujarnya. 

Pemanfaatan dana Baznas tersebut dilakukan secara profesional dan disinergikan dengan data kemiskinan yang ada di Trenggalek melalui Posko gerakan Tengok Bawah Masalah Kemiskinan (Gertak). Selain itu untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan keuangan, rutin dilakukan audit oleh auditor independen. 

Pihaknya mengklaim, program kerjasama antara Baznas dan Pemkab Trenggalek telah memiliki manfaat yang cukup besar, salah satunya mampu membantu pembayaran premi Kartu Indonesia Sehat (KIS) bagi 600 lebih masyarakat miskin yang belum terakomodir sebagai penerima bantuan iuran (PBI) nasional.

"Baznas membayarkan premi KIS sementara waktu, sebelum nantinya dialihkan melalui program dari APBD. Itu belum termasuk bedah rumah, jaminan hidup, kemudian beasiswa dan lain sebagainya," katanya. 

Tanah Longsor Akibatkan Krisis Air Bersih


Trenggalek - Bencana tanah longsor yang terjadi di jalur utama Kampak-Munjungan berdampak langsung terhadap pasokan air di sejumlah perkampungan, karena mata air menjadi keruh dan tidak layak konsumsi. 

Kepala Desa Bogoran, Ihsanudin mengatakan, wilayah yang terdampak berada di Dusun Guli serta Dusun Banaran, Desa Bogoran dengan jumlah warga mencapai sekitar 250 kepala keluarga (KK). 

"Air yang dari smat air itu keruh dan pekat dengan lumpur,Karena delapan RT di sini mengambil air dari mata air yang berada di bawah lokasi longsor itu. Jadi ketika sumber itu tertimbun air langsung keruh," katanya saat mendampingi pengiriman air dari BPBD Trenggalek. 

Hal senada disampaikan warga setempat, Nurkholis. Dikatakan, hampir seluruh warga yang ada di wilayahnya mengambil air dari dekat lokasi longsor dengan menggunakan pipa serta selang air. 

"Jaraknya itu dari sini sekitar tujuh kilometer. Begitu itu kena longsor, ya sudah langsung kesulitan air disini. Sebelum ada bantuan air, warga mencari di tempat lain dengan pakai jeriken," ujarnya. 

Menurutnya, dampak krisis air yang terjadi sejak dua pekan terakhir cukup dirasakan oleh warga, karena kebutuhan primer tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai mandi mencuci dan memasak. 

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek, Joko Rusianto, mengaku mulai mendistrbusikan bantuan air bersih ke perkampungan warga sejak tiga hari terakhir. Pengiriman tersebut dilakukan setelah pihaknya menerima laporan dari masyarakat. 

"Begitu ada laporan kami langsung mengirimkan bantuan air bersih, sampai nanti permintaan selesai. Yang pasti akan kami penuhi untuk kebutuhan air bersih tersebut," imbunya. 

Disinggung terkait kondisi air bantuan yang relatif keruh, Joko mengaku bukan kesengajaan, karena seluruh air yang dikirimkan ke warga diambil langsung dari PDAM Trenggalek. 

"Kami ambilnya dari PDAM, tapi ya mohon maaf, di Trenggalek kota saja airnya juga seperti itu. Tapi saya tidak menyalahkan PDAM, karena ada proses yang dilakukan mulai dari penjernihan dan sebagainya," imbuhnya. 

Dikawal Ketat, Rombongan Suporter Arema Melintas di Trenggalek

Trenggalek - Iring-iringan ribuan suporter klub sepak bola Arema Malang melintasi jalur selatan Jawa di Trenggalek dengan pengawalan ketat dari kepolisian untuk menuju Stadion Manahan Solo. 

Rombongan yang menggunakan puluhan mobil dan bus tersebut tiba di Trenggalek sekitar Pukul 6.00 WIB. Mereka sempat beristirahat sejenak di Stadion Menak Sopal Trenggalek. 

"Tadi Pak Kapolres Trenggalek, AKBP Didit Bambang Wibowo memimpin langsung pengamanan di Trenggalek, Alhamdulillah semua lancar dan aman," kata Kasubbag Humas Polres Trenggalek, Iptu Supadi, Minggu ( 4/2/2018). 

Menurutnya, setelah singgah di Trenggalek, ribuan suporter dari kawasan Malang Raya itu melanjutkan perjalanan ke Stadion Manahan Solo melalui Ponorogo dan Wonogiri. Selama perjalanan para pendukung fanatik Arema tersebut dikawal langsung oleh puluhan anggota kepolisian. 

"Selain itu, seluruh jajaran polres yang dilintasi oleh Aremania juga memberikan pengamanan penuh, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," imbuhnya. 

Supadi menambhakan, kesiagaan anggota Polres Trenggalek untuk mengamanakan perjalanan suporter bola sudah dilakukan sejak kemarin. Bahkan sejak semalam dilakukan Siaga I. 

Rencananya, ribuan suporter Arema tersebut akan menghadiri pertandingan babak perempat final Piala Presiden 2018 antara Arema Malang melawan Sriwijaya FC. Pertandingan akan dimulai pada Pukul 19.30 WIB. 

Foto : istimewa