Diserang Wereng, Petani Babati Tanaman Padi Untuk Pakan Sapi


Trenggalek - Belasan haktare tanaman padi petani di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek rusak akibat serangan hama wereng. Akibatnya hasil panen anjlok hingga 75 persen, bahkan beberapa diantaranya gagal panen. 

Kirom, petani asal Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari mengatakan, hama wereng tersebut menyerang tanaman padinya sejak masih berumur kurang dari dua bulan. Kerusakan yang ditimbulkan cukup signifikan. 

"Wah, ini sangat cepat sekali, kurang satu minggu padi langsung menguning dan akhirnya mati. Khusus di wilayah sini, padi yang paling banyak diserang jenis hibrida, hampir semuanya gagal panen," katanya. 

Menurutnya, saat ini ia terpaksa membabati seluruh tanaman padinya untuk pakan sapi. Hal tersebut dilakukan, karena tidak bisa lagi diselamatkan. Sebelumnya, Kirom mengaku telah berulang kali melakukan pembasmian hama dengan berbagai jenis obat-obatan pertanian, termasuk bantuan dari pemerintah. 

"Selama ini sudah tujuh kali saya semprot obat, tapi tidak ada yang mempan. Daripada padinya mati sia-sia lebih baik digunakan untuk pakan sapi," ujarnya. 

Hal senada juga disampaikan petani lain, Joni. Menurutnya, serangan hama wereng coklat yang terjadi wilayah Gandusari pada tahun ini cukup masif, bahkan hampir seluruh area persawahan yang ada di Desa Melis, Karanganyar, Widoro, Gandusari hingga Wonoanti tidak luput dari hama wereng. 

"Jadi, wereng ini datang pada saat padi itu mulai berbulir, setelah kena itu hampir dipastikan bulir-bulir padi menjadi kosong. Padahal kondisi sebelumnya cukup subur dan tumbuh dengan baik," katanya. 

Lanjut dia, untuk menyelamatkan tanaman padinya, ia terus menerus melakukan penyemprotan cairan pembasmi hama, bahkan pengobatan dilakukan dua hari sekali. Dalam satu kali pengobatan rata-rata membutuhkan biaya antara Rp40 hingga Rp100 ribu, tergantung jenis obat yang digunakan. 

"Kalau dihitung-hitung, antara pupuk dan obat justru lebih banyak untuk biaya obatnya, tapi ya mau bagaimana lagi, kalau tidak gencar tidak panen," jelasnya. 

Joni menambahkan, dampak serangan hama wereng ini bervariasi tergantung jenis padi yang ditanam serta pola pengobatannya. Khusus untuk padi jenis hibrida rata-rata gagal panen, sedangkan jenis lain masih bisa diselamatkan meskipun hasil panennya merosot hingga 75 persen. 

Ma'ruf, petani lain mengaku, sawah seluas satu haktare yang biasanya mampu menghasilkan lima ton gabah, saat ini turun hingga satu ton per hektare. Bahkan beberapa petani harus gigit jari karena gagal panen. 

"Kami tidak tahu, kenapa bisa seganas ini hamanya, apakah memang dari faktor cuaca atau ada faktor yang lain. Kalau hasil musim panen sebelumnya cukup bagus," katanya. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon