Warga Banyon Budidaya Lebah Madu Klanceng

Trenggalek - Berbekal rasa penasaran, sejumlah warga di Trenggalek mulai membudidayakan lebah Kelulut atau Klanceng (trigona bee) untuk diambil madunya. Proses budidaya tidaklah terlalu sulit, namun tetap membutuhkan pengawasan. 

Ratusan kotak kayu berukuran kecil tampak berjajar rapi di teras milik salah satu warga di Dusun Banyon, Desa Widoro, Kecamatan Gandusari, Trenggalek. Kotak seukuran laci mesin jahit tersebut merupakan sarang lebah Kelulut yang dibudidayakan oleh warga. 

Salah seorang peternak Kelulut, Sujarni, mengatakan proses budidaya Klanceng tersebut mulai dikembangkan oleh warga di Dusun Banyon sejak enam bulan terakhir. Saat ini terdapat sekitar lima warga yang beternak. 

"Satu rumah ada yang punya seratus sarang, ada juga yang masih puluhan. Kami belajar secara otodidak, sehingga masih terus belajar," kata Sujarni, Senin (9/7/2018). 

Proses budidaya hewan berkoloni ini berawal dari rasa penasarannya saat menemukan salah satu sarang lebah Kelulut di salah satu batang bambu. Kala itu, saat bambu dibelah terdapat madu yang cukup banyak. 

"Ternyata madunya itu lumayan banyak, bahkan satu ruas itu hampir terisi madu semua. Dari situlah kemudian saya penasaran dan mencoba mengembangkan, terlebih harga madunya lumayan mahal," jelasnya. 

Pada tahap awal, ia mengaku sempat mengalami kesulitan, terutma cara pemisahan sarang akan bisa dikembangkan menjadi beberapa koloni. Namun setelah melakukan beberapa kali percobaan, akhirnya iapun sukses membuat melakukan budidaya. 

"Awalnya itu warga lain mengejek, tapi sekarang justru sama-sama ikut mengembangkan. Kalau tahap awal sih memang ada beberapa kesulitan, tapi jangan putus asa, harus teliti dan memperhatikan betul kehidupan dari koloni itu," imbuh Sujarni. 

Beternak lebah Klanceng atau Kelulut menurutnya lebih ringan dibanding dengan ternak hewan lain, karena tidak membutuhkan perawatan yang rumit, terlebih hewan bersayap tersebut tidak membutuhkan penyediaan pakan.

"Kalau kita ternak lebah ini tidak perlu cari pakan atau beli pakan, karena lebahnya yang cari pakan sendiri. Hanya saja kita harus teliti dan selalu mengontrol perkembangannya, terutama dari serangan predator, salah satunya semut," kata Jarni. 

Untuk mendukung peternakan lebah Klanceng, ia cukup menyediakan getah pinus di dekat kandang.  Hal ini dilakukan guna mempermudah lebah dalam mencari bahan untuk proses produksi. 

"Selain itu agar produksi madunya lebih banyak, usahakan di sekitar lokasi kandang itu ditanami bunga, karena itu lumayn berpengaruh," imbuhnya. 

Sementara itu dari hasil peternakan yang dikembangkan setengah tahun terakhir, satu peternakan rata-rata mampu menghasilkan madu hingga 2 liter. Madu murni itu rata-rata dijual dengan harga Rp600 ribu per liter. 

Menurut peternak lain, Suyoto, pemasaran madu Klanceng hanya mengandalkan pesanan dari mulut ke mulut. Biasanya madu baru diunduh apabila ada pemesan yang datang langsung ke rumahnya. 

"Misalkan ada yang datang butuh setengah botol untuk mengobati sakit, baru saya ambilkan dari sarang, jadi madunya masih fresh," katanya. 

Pihaknya berharap ada proses pembinaan lebih lanjut dari instansi terkait, sehingga budidaya madu Klanceng tersebut bisa berkembang dengan baik. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon