Pemkab Trenggalek Buka Kran Investasi Toko Modern Berjaringan Melalui Koperasi


Trenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek membuka kran sebesar-besarnya kepada toko modern berjaringan untuk berinvestasi di wilayahnya dengan melalui koperasi yang dmiliki oleh masyarakat sekitar. 

Wakil Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin mengatakan, perubahan aturan itu tertuang pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 29 tahun 2016. Dalam pasal 5 ayat 3 perda tersebut mensyaratkan, pendirian toko modern berjaringan harus berada di bawah kepemilikan koperasi. 

"Inovasi ini sebetulnya merupakan respon dari dua persoalan, yaitu kepastian hukum serta perlindungan terhadap pasar tradisional serta toko-toko kecil milik masyarakat," katanya kepada wartawan. 

Menurutnya, seluruh toko modern berjaringan nantinya akan berdiri diatas koperasi yang dimiliki oleh masyarakat sekitar. Cara ini diharapkan akan mampu meningkatkan daya saing warga lokal, sehingga tidak didominasi oleh pemilik modal besar. 

"Jadi warga yang berada pada radius satu kilometer dari lokasi toko nantinya bisa memiliki saham dari toko itu, ketika nanti ada keuntungan besar, warga juga bisa ikut menikmati, jadi kita tidak hanya menjadi pembeli," imbuhnya. 

Penerapan aturan baru ini masih akan menunggu regulasi tambahan berupa peraturan bupati (perbup). Arifin optimistis program baru tersebut akan membawa dampak yang cukup baik terhadap iklim investasi di wilayah Trenggalek. 

"Daripada ada tiga toko modern yang dimiliki satu orang, lebih baik ada 10 toko modern, namun dimiliki oleh warga," ujarnya. 

Diterangkan, apabila perda itu diterapkan, maka puluhan toko berjaringan yang ada di wilayahnya akan diberikan waktu selama lima tahun untuk mengubah status kepemilikan dari individu ke koperasi. 

Wakil bupati termuda ini menambahkan, dalam perda tersebut juga terdapat pasal pengecualian, sehingga sejumlah hambatan yang mungkin muncil bisa diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat. 

Peraturan baru itu juga menata dengan jarak antara toko modern dengan pasal tradisional, lokasi toko, termasuk dengan jam operasional. Namun untuk jam buka, pihaknya mengaku bisa dilakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 

"Sekarang kan yang punya masyarakat, kalau memang berada di jalur nasional dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang tinggi bisa jadi jam operasionalnya ditambah," imbuhnya. 

Sedangkan terkait lokasi toko, Arifin memastikan sudah final dan tegas, yakni hanya bisa didirikan pada ruas jalan nasional dan kabupaten yang tercantum dalam peraturan daerah tersebut. 

Diserang Wereng, Petani Babati Tanaman Padi Untuk Pakan Sapi


Trenggalek - Belasan haktare tanaman padi petani di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek rusak akibat serangan hama wereng. Akibatnya hasil panen anjlok hingga 75 persen, bahkan beberapa diantaranya gagal panen. 

Kirom, petani asal Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari mengatakan, hama wereng tersebut menyerang tanaman padinya sejak masih berumur kurang dari dua bulan. Kerusakan yang ditimbulkan cukup signifikan. 

"Wah, ini sangat cepat sekali, kurang satu minggu padi langsung menguning dan akhirnya mati. Khusus di wilayah sini, padi yang paling banyak diserang jenis hibrida, hampir semuanya gagal panen," katanya. 

Menurutnya, saat ini ia terpaksa membabati seluruh tanaman padinya untuk pakan sapi. Hal tersebut dilakukan, karena tidak bisa lagi diselamatkan. Sebelumnya, Kirom mengaku telah berulang kali melakukan pembasmian hama dengan berbagai jenis obat-obatan pertanian, termasuk bantuan dari pemerintah. 

"Selama ini sudah tujuh kali saya semprot obat, tapi tidak ada yang mempan. Daripada padinya mati sia-sia lebih baik digunakan untuk pakan sapi," ujarnya. 

Hal senada juga disampaikan petani lain, Joni. Menurutnya, serangan hama wereng coklat yang terjadi wilayah Gandusari pada tahun ini cukup masif, bahkan hampir seluruh area persawahan yang ada di Desa Melis, Karanganyar, Widoro, Gandusari hingga Wonoanti tidak luput dari hama wereng. 

"Jadi, wereng ini datang pada saat padi itu mulai berbulir, setelah kena itu hampir dipastikan bulir-bulir padi menjadi kosong. Padahal kondisi sebelumnya cukup subur dan tumbuh dengan baik," katanya. 

Lanjut dia, untuk menyelamatkan tanaman padinya, ia terus menerus melakukan penyemprotan cairan pembasmi hama, bahkan pengobatan dilakukan dua hari sekali. Dalam satu kali pengobatan rata-rata membutuhkan biaya antara Rp40 hingga Rp100 ribu, tergantung jenis obat yang digunakan. 

"Kalau dihitung-hitung, antara pupuk dan obat justru lebih banyak untuk biaya obatnya, tapi ya mau bagaimana lagi, kalau tidak gencar tidak panen," jelasnya. 

Joni menambahkan, dampak serangan hama wereng ini bervariasi tergantung jenis padi yang ditanam serta pola pengobatannya. Khusus untuk padi jenis hibrida rata-rata gagal panen, sedangkan jenis lain masih bisa diselamatkan meskipun hasil panennya merosot hingga 75 persen. 

Ma'ruf, petani lain mengaku, sawah seluas satu haktare yang biasanya mampu menghasilkan lima ton gabah, saat ini turun hingga satu ton per hektare. Bahkan beberapa petani harus gigit jari karena gagal panen. 

"Kami tidak tahu, kenapa bisa seganas ini hamanya, apakah memang dari faktor cuaca atau ada faktor yang lain. Kalau hasil musim panen sebelumnya cukup bagus," katanya. 

RMI Trenggalek Dorong Pesantren Besih dan Sehat



Trenggalek - Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) atau persatuan pondok pesantren Cabang Trenggalek mendorong terciptanya lingkungan pesantren yang sehat dan bersih dengan menggelar pengobatan gratis bersama sejumlah pihak. 

Ketua RMI Trenggalek, Nur Rokhim mengatakan, pengobatan gratis yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Darussulamaniyah, Desa Kamulan, Kecamatan Durenan tersebut tidak hanya dikhususkan bagi santri, namun juga memberikan pelayanan kesehatan bagi warga di sekitarnya. 

"Sebagian orang ada yang belum pahan, seakan-akan pesantren dimarjinalkan kumuh, itu sanga keliru sekali, karena dalam sabda nabi sendiri sudah dijelaskan kebersihan adalah sebagian dari iman," katanya. 

Rokhim menjelaskan, program pengobatan gratis yang diikuti oleh ratusan santri dan warga tersebut ditangani langsung tim medis dan dokter dari Yayasan Bangun Sehat Indonesia (YBSI), serta melibatkan Djarum Foundation. 

Pihaknya berharap dengan kegiatan bersama tersebut mampu mendorong kalangan pesantren untuk meningkatkan standar kesehatan maupun kebersihan lingkungannya, sehingga seluruh penguhuninya lebih nyaman dan sehat. 

Sementara itu ketua tim dokter YBSI, dr Isnindarsyah mengaku sengaja membidik kalangan pesantren untuk sasaran pengobatan gratis, karena lingkungan pendidikan keagamaan islam itu, identik dengan wilayah pedesaan. Sehingga perlu mendapatkan pelayanan maupun bimbingan terkait masalah kesehatan. 

"Selama tiga tahun kami melakukan kegiatan seperti ini, kami juga melibatkan dinas kesehatan setempat atau jajaran dibawahnya. Selain itu kami juga memberikan data terkait kondisi kesehatan warga untuk ditinjaklanjuti oleh pihak puskesmas dan yang membidangi," katanya. 

Menurutnya, dari pendataan tersebut, ada beberapa penyakit yang sering terjadi di lingkungan pondok pesantren, diantarantya, penyakit kulit (gatal-gatal), mata, alergi dan penyakit flu batuk. 

Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh sanitasi maupun lingkungan yang ada. Beberapa penyakit sangat rentan menular ke kalangan santri karena sumber air yang digunakan rata-rata hanya satu. Sedangkan jumlah pengguna di lingkungan pondok pesantren cukup banyak. 

"Selain itu, sesuai dengan kondisi iklim kita, sebagian banyak pesantren itu lembab, sehingga memicu munculnya mikro organisme atau bibit-bibit bakteri untuk berkembang biak. Sehingga kalau ada satu yang terkena menyebar ke yang lain," ujarnya.