Nelayan Prigi Trenggalek Gelar Upacara Adat Larung Sembonyo



Trenggalek - Nelayan yang beroperasi di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek menggelar upacara adat Sembonyo dengan melarung aneka sesaji ke tengah laut. 

Rangkaian prosesi Sembonyo atau labuh laut diawali dengan kirab tumpeng raksasa yang berisi nasi kuning dan aneka hasil bumi, mulai dari kantor Kecamatan Watulimo hingga Pelabuhan Prigi. 

Sebelum melepas tumpeng ke tengah laut, ratusan nelayan dan masyarakat sekitar melakukan doa bersama serta pembacaan sejarah kawasan Prigi. Upacara adat larung Sembonyo merupakan acara tahunan yang rutin digelar oleh masyarakat nelayan setiap bulan Selo (penanggalan Jawa). 

Kepala Desa Tasikmadu, Riyono, Minggu (13/7/2017) mengatakan, tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan hasil laut kepada para nelayan di wilayah teluk Prigi dan sekitarnya selama setahun terakhir. Tradisi tersebut juga sekaligus untuk mengenang jasa para pendahulu yang telah membuka permukiman di wilayah Prigi. 


"Ini adalah perlambang rasa syukur nelayan. Kami hanya melestarikan tradisi yang telah ada sejak nenek moyang," katanya.

Usai melakoni sejumlah ritual adat, sesaji dilepas ke tengah laut dengan dinaikkan rakit dan ditarik menggunakan kapal nelayan. Proses pelepasan sesaji semakin meriah karena diiringi oleh aneka perahu hias. 

Yang menarik, sebelum melakukan upacara adat Sembonyo, seluruh nelatan di pesisir Prigi berkomitmen untuk puasa melaut selama dua hari berturut-turut. Hal itu sebagai simbol kecintaan warga nelayan terhadap laut agar bisa beristirahat sejenak dalam memberikan penghasilan bagi nelayan. 

Menurutnya, gelaran upacara adat Sembonyo tetap dilaksanakan meskipun selama 2,5 tahun terakhir para nelayan di pesisir selatan Trenggalek mengalami musim paceklik ikan akibat cuaca yang tidak menentu. 

"60 persen masyarakat kami adalah nelayan dan dua tahun lebih ini menjadi masa-masa sulit, karena hasil tangkaoan ikan sepi," ujarnya. 

Dijelaskan, hingga pertengahan tahun ini, ikan-ikan di laut selatan nyaris tidak muncul, panenan nelayan pun hanya terjadi beberapa kali dalam satu bulan. Padahal biasanya bulan Agustus hingga September merupakan puncak musim ikan. 

"Semoga saja setelah Sembonyo ini kami para nelayan di Prigi ini bisa kembali merasakan panen ikan yang melimpah seperti beberapa tahun lalu. Sebetulnya dua hari yang lalu kelihatannya ikan sudah mulai ada, tapi sesuai kesepakatan tidak boleh melaut dulu, nunggu Sembonyo," ujarnya. 

Salah seorang nelayan, Nur Mashudi membenarkan kondisi musim paceklik ikan di perairan selatan Trenggalek. Bahkan menurutnya sebagian kapal nelayan menganggur. 

"Pokoknya saat ini adalah masa sulit bagi nelayan untuk mencari perekonomian," ujarnya saat ditemui di PPN Prigi. 

Sementara itu salah seorang tokoh di wilayah Prigi Suparlan mengatakan, ritual upacara adat larung Sembonyo telah dilakukan masyarakat nelatan sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu.

Diceritakan, awal mula tradisi Sembonyo dilakukan oleh Tumenggung Yudhonegoro, yang merupakan utusan Raja Mataram Hindu untuk melakukan perluasan wilayah pemukiman mulai dari Pacitan hingga pesisir timur pulau Jawa. 

Kala itu Yudhonegoro berusaha membuka kawasan teluk Prigi, namun usaha tersebut selalu gagal akibat kabut tebal yang selalu menyelimuti. Selanjutnya Tumenggung Yudhonegoro bertapa di Selo Gangsal untuk meminta petunjuk dari Yang Kuasa. 

Dari ikhtiyar itulah Tumenggung Yudhonegoro mendapatkan wangsit atau petunjuk agar pembukaan pemukiman berhasil, ia harus menikahi Ratu Gambar Inten yang tinggal di sekitar hutan Prigi," jelasnya, sesuai hikayat Prigi. 

Pernikahan itu akhirnya dilaksanakan pada hari Senin Kliwon, bulan Selo dengan menggelar pesta selama 40 hari 40 malam. Pesta pernihakan diakhiri dengan labuh laut yang kini disebut Sembonyo. Akhirnya pembukaan lahan pun berhasil. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon