SERUNYA PERMAINAN BALAP BAKIAK DAN EGRANG


Trenggalek - Dentuman "sound System" dan keriuhan ribuan penonton begitu terasa saat digelar konser musik "Inbox" di Alun-alun Trenggalek, Jawa Timur, sejumlah artis dan musisi papan atas ibu kota menambah semaraknya suasana.

Seakan tak menghiraukan dengan keriuhan yang terjadi, sekelompok orang justru asik dengan kegiatan perlombaan tradisional yang digelar di komplek halaman Pendapa Kabupaten Trenggalek atau 10 meter dari lokasi konser musik "Inbox".

Beberapa pasang balok kayu tipis sepanjang satu meter yang telah dilengkapi dengan tali karet disiapkan oleh panitia. "Ini namanya bakiak atau terompah, satu pasang sandal kayu diisi oleh tiga orang dan natinya akan digunakan balapan," kata salah seorang panitia.

Lomba tradisional balap bakiak ini menjadi agenda rutin saat perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Peserta lomba terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar, kelompok masyarakat, pegawai negeri hingga para pensiunan.

"Ayo ayo ayo ayo," teriakan penonton dan para suporter langsung pecah saat bendera "start" dikibarkan. Tak kalah dengan para penonton, sejumlah peserta juga saling meneriakkan yel-yel, agar derap langkah kaki serempak dan mampu melaju cepat hingga garis finish.

Dari beberapa kali perlombaan, sejumlah tim mampu melibas lintasan rumput sepanjang 20 meter dengan mudah, namun sebagian kelompok peserta harus berjuang ekstra dan terjatuh beberapa kali.

"Bermain terompah kelompk itu harus kompak, kalau yang melangkah kanan ya semua harus kanan dulu, apabila tidak kompak pasti akan terjatuh," ujar salah seorang peserta, Nurul Kotimah.

Gadis yang masik duduk di bangku SMK ini mengaku, telah berulang kali mengikuti kegiatan tradisional serupa, selain unik, perlombaan ini dinilai mampu membawa dampak positif utamanya terhadap sesama anggota tim. "Menjaga kekompakan itu yang paling penting," katanya.

Meskipun hanya permainan tradisional, namun kegiatan yang terwadahi dalam Federasi Olahraga Masyarakat Indonesia (Formi) Cabang Trenggalek ini juga mampu menelurkan prestasi ditingkat lokal hingga provinsi. "Ini yang menjadi kejutan, ternyata salah satu kelompok masyarakat yang ikut, yakni SMOOT pernah mejadi juara di perlombaan tingkat provinsi," kata Ketua Formi Trenggalek, Edi Anto.

Pria paruh baya ini mengaku, kegiatan permainan tradisional ini menjadi salah satu upaya untuk melestarikan olahraga masyarakat yang telah ada sejak ratusan tahun silam. Terlebih permainan bakiak merupakan salah satu warisan budaya Indonesia.

"Kalau permainan tradisional seperti ini hadiah tidak terlalu penting, karena masyarakat lebih menikmati pada proses permianannya, lihat saja keseruan mereka," imbuh Edi.

Selain lomba balap bakiak, permaian tradisional lain yang juga digelar adalah lomba balap egrang. Egrang adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dengan jarak tertentu di atas tanah. Alat ini bisa digunakan untuk berjalan maupun berlari.

Untuk memanfaatkan egrang, dibutuhkan ketrampilan dan ketangkasan khusus, keseimbangan menjadi kunci utama agar bisa berjalan dengan egrang.

Pada balap egrang yang digelar di komplek Pendapa Kabupaten Trenggalek, para peserta diwajibkan untuk melewati lintasan aspal sepanjang 50 meter. Peserta harus saling adu cepat dengan peserta lain hingga garis finish. "Kalau sampai terjatuh maka dinyatakan gagal atai diskualifikasi," imbuh Edi Anto.

Tak kalah dengan permainan bakiak, lomba egrang juga mendapatkan sambutan meriah sari masyarakat. Ratusan warga tampak berjubel memadati area di sekitar lintasan. "Kalau Agustus belum ada balap egrang rasanya kurang lengkap," kata salah seorang penonton, Wawan. 

 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terima Kasih telah mampir di www.trenggalekkita.com, silakan untuk menuliskan komentar pada kolom di bawah ini. Penulisan komentar tidak boleh mengandung kata-kata kotor, SARA serta berbau pornografi. Kami juga tidak mengzinkan pencantuman link. EmoticonEmoticon